Sejarah Desa


Pulau Tambelan adalah pulau terdepan yang berada di sebelah Timur dari Kabupaten Bintan, Dimana pulau Tambelan yang terdiri dari beberapa pulau-pulau kecil. Pulau Tambelan adalah salah satu Kecamatan dari 10 Kecamatan yang ada di Kabupaten Bintan.

 

Pulau Tambelan terdiri dari 1 Kecamatan, 1 Kelurahan, 7 Desa dimana salah satunya adalah Desa Kampung Melayu. Sebelumnya Tambelan masuk kedalam daerah kewedanan Pulau Tujuh bersama-sama dengan Anambas dan Natuna yang saat itu berpusat di anambas, baru tahun 1980’an secara administrative tambelan berpindah dan masuk ke wilayah kewedanan Bintan mengingat jaraknya lebih dekat.

 

Barulah pada tahun 2002 Provinsi Kepulauan Riau terbentuk, maka daerah yang awalnya kewedanan berubah menjadi kabupaten dan kota. Tambelan menjadi sebuah kecamatan yang berada di wilayah Kabupaten Bintan. Sampai saat ini sudah 7 pemimpin yang tercatat pernah dan sedang menjabat sebagai kepala desa di desa kampung melayu.

 

Pada tahun 1960 Desa Kampung Melayu terbentuk yang pada mulanya memiliki nama Desa Kampung Melayu Ujung dan kepala desa saat itu disebut dengan Penghulu desa atau Penghulu. Penghulu yang pertama kali iyalah bapak M.Jusuf ninggal beliau adalah penghulu kampung yang dipilih secara langsung oleh masyarakat desa melalui musyawarah.

 

Sejak berdirinya Desa Kampung Melayu sampai saat ini telah membuahkan kepemimpinan kepala desa yang masing-masing mempunyai kemampuan dan keberhasilan khususnya dalam melaksanakan program-program kemasyarakatan, khususnya dalam membina kerukunan hidup bermasyarakat yang dilandasi kebersamaan dan kegotongroyongan.

 

Adapun periode kepemimpinan kepala desa kampung melayu dari masa ke masa

1.     M.Jusuf Ninggal ………………………………………………………(1960 - 1970)

2.     M.Sabri ………………………………………………………………..(1971 - 1975)

3.     M.Fasni ………………………………………………………………..(1976 - 1986)

4.     H.Nazari H.Husin ……………………………………………………..(1991 - 2002)

5.     M.Isa Ahmad…………………………………………………………. (2003 - 2008)

6.     Murtada M Said ……………………………………………………….(2008 - 2014)

7.     Daron Alexander ……………………………………………………...(2016 - 2022)

Potensi Desa


1.     KONDISI UMUM DESA

 

a.     Geografis

 

Desa kampung melayu merupakan salah satu desa yang terletak di kecamatan tambelan, kabupaten bintan, provinsi kepulauan riau. Desa kampung melayu memiliki luas wilayah 207.33 km², dan dihuni sekitar lebih dari 660 jiwa penduduk, dengan batas-batas wilayah sebagai berikut :

 

© Sebelah Utara Berbatasan dengan Desa Batu Lepuk dan Kelurahan Teluk Sekuni

© Sebelah Selatan Berbatasan dengan Desa Kampung Hilir

© Sebelah Barat Berbatasan dengan Desa Batu Lepuk dan Desa Kukup

© Sebelah Timur Berbatasan dengan laut natuna utara serta selat karimata dan provinsi Kalimantan barat

 

       Dilihat dari topografi, desa kampung melayu terletak pada daerah daratan rendah dan pesisir. Keadaan tanahnya sebagian kering dan sebagian basah yang dihuni penduduk. Jenis tanah di desa sebagaimana sama dengan jenis tanah di desa kepulauan lainnya.

 

          Sebagaimana daerah lainnya di kabupaten bintan, desa kampung melayu berdasarkan klasifikasi klimatologi merupakan daerah yang beriklim tropis memilliki dua musim, yaitu musim hujan dan musim kemarau. Perbedaan antara kedua musim tersebut menunjukkan perbedaan yang sangat mencolok. Terlebih lagi keadaan desa meeruopakan daerah pesisir kepulauan dimana bergantung dengan keadaan musim angin dan gelombang.

 

b.     Iklim

 

          Secara geografis, sebagai wilayah beriklim tropis, desa kampung melayu memiliki suhu terendan 20 derajat celcius, dan sushu tertinggi mencapai 38 derajat celcius. Desa kampung melayu berada pada ketinggian 4 meter di atas permukaan laut dan curah hujan pertahun di desa mencapai 2000-3000 mm/tahun.

 

          Dari orbitas atau jarak pusat pemerintahan desa kampung melayu, memiliki jarak dari pusat pemerintah kecamatan 2 KM, jarak dari pusat pemerintahan kabupaten 360 KM, jarak dari pusat pemerintnahan provinsi 1290 KM. dan hal ini dapat di tempuh menggunakan kapal laut yang bersandar di pelabuhan tanjung pinang dan pelabuhan kijang, serta kapal roro di pelabuhan tanjung uban, dan bias juga mengunakan rute udara yaitu menggunakan pesawat.